1. validitas suatu butir soal;
2. tingkat kesukaran suatu butir soal;
3. daya beda suatu butir soal;
4. reliabilitas soal.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam analisis ini meliputi : pengumpulan data / lembar jawaban, koreksi, pemarkahan dan mengurutkan data serta menggolongkan data sesuai keperluan analisis. Jawaban yang benar diberi skor 1 dan jawaban salah diberi skor 0, selanjutnya siswa/data diurutkan berdasarkan perolehan skor. Siswa yang memperoleh Skor tertinggi ditempatkan pada urutan paling atas, skor terendah ditempatkan paling bawah.
1. Validitas Butir Soal
Soal yang valid harus dapat mengukur apa yang akan diukur. Untuk mengetahui Validitas butir soal digunakan rumus product momment, sebagai berikut:
keterangan:
rxy = koefisien korelasi Pearson antara variabel X dan variabel Y
N = Jumlah responden
X = skor nilai tes tiap-tiap butir
Y = skor total
Untuk mengerjakan hal ini excel dapat mengerjakan dengan cepat dan mudah. Rumus yang digunakan adalah =PEARSON (data_hasil_ jawaban_siswa_pada_soal_no…, data_ jumlah_jawaban). Anda tidak perlu membuat tabel baru yang berisi kolom-kolom yang panjang dan banyak, cukup tabel hasil koreksi yang telah dibuat sebelumnya. Setelah didapat nilai (harga rxy), selanjutnya nilai tersebut kita bandingkan dengan konstanta/tetapan korelasi. Tetapan korelasi tersebut dapat diperoleh dari buku-buku serial statistik, atau dapat membuat sendiri tabel korelasi momen produk dengan excel.(pada postingan sebelum ini…red) Untuk penelitian sosial atau penelitian pendidikan, taraf signifikan yang digunakan adalah taraf signifikan 5%. Sedangkan pada penelitian ilmiah yang memerlukan validitas tinggi seperti ketepatan obat terhadap suatu penyakit, kandungan unsur-unsur dalam suatu zat menggunakan taraf signifikan 1%. Pada analisis ini menggunakan taraf signifikan 5%, artinya kebenaran atau dalam hal ini validitasnya mencapai 95%. Jika rxy rxy tabel maka soal tersebut tidak Valid dan jika rxy hitung rxy tabel, maka soal tersebut valid.
2. Tingkat Kesukaran
Untuk menentukan tingkat kesukaran suatu tes (Suharsimi, 1986:198)dapat digunakan rumus:
keterangan :
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar,
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Untuk mengiterpretasikan tingkat kesukaran butir tes digunakan kriteria sebagai berikut:
P antara 0,00 — 0,30 soal sukar;
P antara 0,30 — 0,70 soal sedang; dan
P antara 0,70 — 1,00 soal mudah.
3. Daya Beda Butir Soal
Untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai, siswa dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok atas 33%, kelompok bawah 33% dan sisanya adalah kelompok tengah. Rumus yang digunakan adalah :
keterangan:
D = daya pembeda
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar
PA = BA / JA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
JB = BB / JB = proporsi kelompok bawah yang menjawab benar
kriteria, jika D bernilai:
0,00–0,20 : soal jelek
0,20–0,40 : soal sedang/cukup
0,40–0,70 : soal baik
0,70–1,00 : soal baik sekali
Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes dapat memberikan hasil yang tetap. Jadi pengertian reliabilitas tes berhubungan dengan masalah ketetapan(keajegan) hasil. Rumus yang digunakan untuk menentukan reliabilitas pada tes obyektif adalah K-R.21
keterangan:
r11 = koefisien reliabilitas tes secara keseluruhan
n = banyaknya soal butir soal
M = Mean atau rerata skor soal yang valid
S = Simpangan baku
Untuk menginterpretasikan besarnya r11
r11 : 0,8–1,0 reliabilitas sangat tinggi
0,6–0,8 reliabilitas tinggi
0,4–0,6 reliabilitas cukup
0,2–0,4 reliabilitas rendah
0,0–0,2 reliabilitas sangat jelek
sumber: http;//budies.wordpress.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar